Apakah Dunia Akan Hancur Tahun Depan?

Oleh: Ihda Arifin Faiz  (Penulis Buku Fintech Syariah dan Bisnis Digital)

Bagi para pelaku keuangan jawabannya sangat mungkin terjadi, tetapi tidak demikian di bidang lain (sektor riil). Pembahasan ini sangat kompleks karena berkaitan dengan banyak bidang mulai dari keuangan, ekonomi, politik, hingga perkara hegemoni dunia. Ada yang mengungkap perkara kebijakan Quantitative Easing (QE), pandemi, perang Rusia-Ukraina dalam konteks penetapan suku bunga the Fed terhadap perekonomian dunia, termasuk kehidupan kita.

Literali, QE tidak sama dengan mencetak uang, tetapi menciptakan likuiditas. Sederhananya membuat daya beli, tetapi tidak menambah jumlah uang fisiknya. Seperti halnya kita punya kartu kredit yang bisa kita gunakan untuk membayar barang dan jasa, tetapi tidak bisa diuangkan secara fisik. Jika kartu kredit dikelarkan oleh bank kepada publik, QE dikeluarkan oleh Bank Sentral kepada bank. Dasarnya adalah, pihak yang menciptakan likuiditas itulah yang bertanggungjawab terhadap pembayaran tersebut berupa ‘talangan’. Tentu mereka akan mengambil keuntungan dari mekanisme itu.

Bagaimana dampaknya terhadap kehidupan kita?
Terdapat minimal dua layer dampak yaitu dampak ekonomi makro dan mikro. Dampak kondisi tersebut akan ditentukan sejauh mana (wide) perekonomian suatu negara (makro) terekspose sistem keuangan global dan sedalam apa (deep) sistem keuangan tersebut ‘menjerat’ sektor riil. Semakin luas dan dalam suatu perekonomian terjerat sistem keuangan (global) semakin terasa dampaknya. Begitu halnya dengan kehidupan kita sehari-hari (mikro). Semakin luas dan dalam kehidupan kita bersinggungan dengan sektor keuangan, semakin terasa dampaknya. Kedua layer tersebut bersifat kulminatif (gabungan). Meskipun kita tidak bersinggungan dengan sektor keuangan secara langsunng, tetapi perekonomian kita terekspose keuangan global, kita juga akan merasakan dampaknya.

Bencana keuangan terjadi tahun 2008 pada subprime mortgage di pusat keuangan dunia AS. Kebijakan QE yang diambil pemerintah AS belum selesai dampaknya di dunia keuangan, tahun 2020 dunia terdampak COVID-19 di semua sektor. Bencana ini sangat menjangkau setiap orang di setiap rumah, tentu berdampak lagi di sektor keuangan. Banjir likuiditas dari skema QE akan disedot kembali oleh pihak penyedia talangan (tentu dengan mengambil untung) melalui skema penetapan suku bunga dan target inflasi. Siapa saja yang memanfaatkan skema likuiditas tersebut, harus membayar ‘harganya’.

Bagaimana sih koneksi sektor keuangan dan sektor riil? Mudahnya, hubungan tersebut layaknya dunia sosmed kita dengan kehidupan riil kita sehari-hari. Mereka yang terekspose dengan sosmed cukup jauh dan mendalam, sangat mungkin kehidupan sehari-hari mereka terdampak pada hiruk-pikuk sosmed mereka. Para hatter dan follower akan mempengaruhi psikologis hingga fisik sikap mereka keseharian. HIdup keseharian akan mereka ‘ekspose’ ke sosmed, begitu juga sebaliknya. Bagi mereka yang tidak punya sosmed, gossip dan ambruknya keluarga lesti kejora tidak secara langsung mereka dapatkan. Tetapi mungkin saja diperoleh dari tukang sayur yang jualan sambil ngegosip. Akhirnya, berita inipun menjadi hot trending di arisan RT.

Apakah orang kaya semakin kaya? Dengan sistem ini, bisa dipastikan jawabannya adalah iya. Merekalah yang memiliki akses keuangan dan mendapatkan banyak manfaat dari akses tersebut.

Pondasi dari semua bencana ini adalah sistem keuangan dan moneter dunia adopsian dari sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan hampir di semua negara. Kerusakan tersebut akan semakin tampak seiring dengan pecahnya gelembung hampa yang diciptakan, baik terjadi akumulatif di pusat kapital dunia ataupun parsial di setiap perekonomian negara. Siapa yang membayar harga ini? setiap kita yang menopang sistem tersebut dengan memegang uangnya, memanfaatkan dan menjaga berjalannya sistem yang dibuatnya.

1 thought on “Apakah Dunia Akan Hancur Tahun Depan?”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *