Vision and Value: How Important to The Business?

Ditulis oleh Ihda Arifin Faiz, SE, M.Sc.,CMA, CIBA (Founder Revival Consulting)

Jika ada pertanyaan “How important the vision to the business foundation and activity?” It’s BASIC and FUNDAMENTAL! Visi perusahaan menentukan ke arah mana suatu perusahaan akan berjalan (goal). Adapun value menjawab dengan apa dan bagaimana perusahaan mencapai tujuan tersebut. Visi bisnis yang hanya ‘sekedar’ mencari untung akan menjadikan ‘profit is the most important thing’, ‘income is the first’, ‘there is no such thing than revenue’, dan beragam adagium lain yang menjadikan perolehan laba merupakan aspek utama dalam berbisnis. Jika suatu perusahaan telah menetapkan profit adalah tujuan berbisnis maka seringkali dalam perekonomian kapitalis seperti saat ini banyak pebisnis kemudian menggunakan beragam cara untuk dapat memperoleh tujuan yang hendak diinginkannya tersebut. Tidak peduli halal dan haram.

Apakah mencari untung dalam berbisnis itu hal yang tidak baik dan dilarang? Tentu jawabnya adalah TIDAK. Tetapi menjadikan bisnis semata hanya untuk mencari untung dan uang menjadikan kita tergelincir dalam pusaran potensi ‘arus kemaksiatan’ yang secara natural ada dalam dunia tersebut. Apa saja potensi kemaksiatan tersebut? Banyak sekali, berlomba-lomba mengejar harta dan kekayaan untuk menunjukkan prestige dan glamory adalah salah satunya. Terlebih di era materalisme seperti saat ini di dalam sistem ekonomi kapitalisme yang menjadikan jumlah harta sebagai parameter utama kesuksesan dan derajat (status) sosial. Untuk mendukung business growth dan expansion, maka disusunlah formula leveraging (pengganda) pertumbuhan melalui pembiayaan (financing) atau utang (debt) sehingga dukungan modal capital yang besar dipercaya (dan terbukti empiris) dapat semakin mempercepat kumulasi pendapatan (revenue). Inilah jalan kapitalisme (the capitalism way) sebagai suatu ideologi yang mendorong setiap elemen dan komponen (regulasi dan birokrasi) didalamnya untuk selalu dapat mengikuti arus pemikiran dan sistem yang telah tercipta dan berjalan. Bahkan tidak sedikit kaum muslimin yang terseret arus dan pusaran (magnitude) cengkeraman sistem kapitalisme untuk berfikir dan bertindak sebagai seorang kapitalis, pertimbangannya adalah cost and benefitApakah jika melakukan ini ada manfaatnya bagi saya? Bagaimana jika meninggalkan itu, apakah ada kerugiannya? Lebih besar mana antara untung dan rugi? Padahal parameter cost and benefit sudah jelas, yaitu mendapatkan harta atau uang?

Lalu bagaimana kita sebagai seorang muslim mengantisipasi tarikan pusaran arus hedonisme di alam materialisme tersebut? Tentu jawabannya adalah dengan kembali berpijak pada dasar dan pedoman arah kehidupan seorang muslim yang KOKOH yaitu SYARIAT ISLAM. Secara pribadi, visi seorang muslim adalah menjadikan keridhaan Allah SWT sebagai tujuan hidup dan berkehidupan. Visi ini juga yang seharusnya menjadi panduan bagi pengelolaan dan penetapan orientasi awal (setting the goal) bagi setiap institusi korporasi yang dijalankan oleh setiap muslim. Jika visi ini telah dicanangkan dan tertanam kokoh di benak setiap pengusaha muslim maka konsekuensinya tentu siap untuk menjalankan setiap peraturan dan menjauhi setiap larangan dalam berbisnis dan aspek muamalah dalam islam.

Penetapan tujuan harus sejalan dengan metode untuk mencapainya. Di era capitalism seperti saat ini, metode pencapaian menggunakan dogma ekonomi efektif dan efisien bukan benar atau salah, doesn’t matter true or false. Bagi mereka produk dan jasa yang ditawarkan harus mampu memberikan nilai tambah (value added) bagi user agar dapat terjual dan menang berkompetisi di pasar. Hal penting yang harus difikirkan terlebih dahulu adalah nilai (value) apa yang ditawarkan kepada customer? Untuk itu ada banyak konsep creating value untuk pelanggan, baik materiality, dignity, priority, dan seterusnya. Disamping creating value yang menjadi tugas manajer, ada juga pihak lain diluar korporat yang berfungsi ‘menopang’ urgensi valuation yaitu para broker, akuntan dan appraisal yang bertugas mempopulerkan dan mengedukasi pasar atas pentingnya penilaian atas produk, jasa dan komoditas lain, termasuk corporate valuation. Merekalah para agen yang menopang tegak dan berdirinya pasar keuangan kapitalisme dengan hiruk pikuk valuation yang sejatinya adalah money creation. Untuk menunjukkan value korporasi misalnya, ada banyak teknik dan metode yang digunakan. Paling tidak ada 3 pendekatan yang bisa digunakan, penilaian pasar (market valuation), penilaian biaya (cost approach), dan penilaian intrinsik (discounted cash flow). Lagi-lagi adalah materialism menjadi pondasi dan motivasi berbisnis.

Lalu apakah value seorang muslim dan bisnis yang dijalankannya? Jawabannya ada di QS Al Hujurat:13

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

(QS. Al Hujurat: 13)

Sudah menjadi konsekuensi keimanan adalah menetapi jalan syariat yang telah ditentukan oleh Islam. Inilah sejatinya value bagi muslim dan bisnis yang dijalani. Apabila Allah SWT dan RasulNya telah menetapkan suatu perintah maka kita harus melaksanakan. Sebaliknya, apabila ada larangan maka kita harus meninggalkannya

“Dan apa yang diberikan Rasul (Shallallahu ‘alaihi wasallam) kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”

(QS. Al-Hasyr : 7)

Bagaimana muslim dapat merealisasikan visi dan nilai islam ke dalam bisnisnya? Yuk gabung bersama Revival Islamic Governance

1 thought on “Vision and Value: How Important to The Business?”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *